Oleh : Irfa Afrini
Dalam menjalankan rutinitas harian, tentunya kita akan menjumpai berbagai hal dengan beragam orang dengan beragam permasalahan. Kekecewaan, kemarahan, kejengkelan tentu saja banyak terjadi.
Namun pada hakikatnya,kita dan manusia lain sama sama menjadi makhluk Allah , sama sama sedang berjuang mencari ridho Allah .
Alasan pertama mengapa kita harus memaafkan kesalahan orang lain adalah, sebagaimana kesalahan kita mau dimaafkan maka pandai pandailah memaafkan kesalahan orang lain.
Kaidahnya siapa yang memaafkan maka akan di maafkan.
فَمَنْ عَفَا وَاَصْلَحَ فَاَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِۗ
siapa yang memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya dari Allah (qs. Asysyuro:40)
Kedua, Kesalahan orang lain menjadi cara kita untuk senantiasa intropeksi diri, cara allah menaikkan derajat kita ketika mampu melalui ujian dengan kesabaran. Karena ujian adalah sunnatullah dalam kehidupan.
وَمَآ اَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ اِلَّآ اِنَّهُمْ لَيَأْكُلُوْنَ الطَّعَامَ وَيَمْشُوْنَ فِي الْاَسْوَاقِۗ وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً ۗ اَتَصْبِرُوْنَۚ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيْرًا
Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu (Muhammad), melainkan mereka pasti memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. Dan Kami jadikan sebagian kamu sebagai cobaan bagi sebagian yang lain. Maukah kamu bersabar? Dan Tuhanmu Maha Melihat (QS. Al-Furqon:20)
Makna dari ayat ini, Muhammad Ibn Ishaq mengaitkan menganalogikan ayat tersebut, seolah-olah Allah SWT berfirman “Seandainya Aku menghendaki dunia ini Aku jadikan bersama para rasul-Ku, agar mereka tidak ditentang (tidak memiliki musuh), tentulah Aku dapat melakukannya. Akan tetapi, sengaja Aku menghendaki untuk menguji hamba-hamba-Ku dengan para rasul-Ku, dan Aku menguji para rasul-Ku dengan mereka.”
Dari sini kita dapat memahami, bukan manusia ingin menyakiti satu sama lain segala persoalan itu terjadi begitu saja, meski secara kasat mata kita diperlihatkan melalui kausalitas dari sebuah peristiwa.
Semuanya tak lepas dari takdir-takdir Allah SWT menguji hambanya dalam keimanan. Seseorang merasa dirinya dibuat marah atau kecewa karena orang lain, Sebab itu, tertera kalimat “Maukah kamu bersabar?.” Allah Maha Melihat, kebanyakan manusia tidak bersabar saat diberi cobaan, ketimbang berupaya mengambil hikmah dari peristiwa ia justru lepas kendali dengan saling mencemoh dan pertikaian terjadi.
Dalam persoalan, terdapat hal yang salah dan benar itu pasti ada. Namun, bagaimana dengan mereka yang konon merasa benar agar tetap bersikap baik, terhormat, tidak angkuh menyalahkan kepada yang dinilai salah. Ingat, bahwa ini cobaan, yang benar bisa menjadi keliru ketika ia tidak memiliki sikap yang tepat dalam merespons sebuah kesalahan.
Sedangkan, bagi yang salah, seseorang akan dihadapkan dengan keberaniannya bertanggung jawab. Maukah ia mengakui dirinya bersalah? Lantas meminta maaf dan tidak mengulangi kesalahannya kembali, serta memaklumi dirinya akan membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk kembali mendapat kepercayaan. Sebagai seorang Mukmin, maukah bersabar? Begitu Allah mengatakan kepada hambanya. Kesalahan yang dilakukannya adalah sebuah ujian. Jika ia dapat memaklumi dan berusaha bersikap baik, maka boleh jadi kekhilafannya menjadi petunjuk jalannya menuju kebenaran.
Maka, sebagaimana pesan guru yg kami, ketika kamu disakiti, dikecewakan dan sebagainya, katakanlah pada dirimu sendiri, mereka tidak salah. Allah hanya meminjam raga mereka untuk mengujiku dan semoga aku termasuk dalam golongan orang orang yang sabar.
Kemudian, Sebab lain mengapa kita memaafkan orang lain juga adalah agar hati kita tenang , hidup damai, sebab dendam di hati tidak akan merusak orang lain kecuali diri sendiri.
Hati adalah sesuatu yang berharga , taruhlah yang baik baik dalam hati kita, jika sesuatu tempat yang istimewa saja biasanya kita akan berikan hal-hal yang indah dan enak dipandang mata , maka begitulah hati, jangan biarkan ada kotoran yang merusak tempatnya yang indah.